SYARAT MENDAPAT MANFAAT AL-QUR’AN
Imam Ibnu Qayyim ra. dalam al-Fawaid mengatakan bahwa kita akan mendapat manfaat dari al-Qur’an apabila terpenuhi hal-hal sebagai berikut: memberi pengaruh [al-Qur’an itu sendiri], tempat yang menerimanya [hati yang hidup], dan tiada hal yang menghalang.
Secara rinci dapt dijabarkan sebagai berikut:
1. Bersikap sopan terhadap al-Qur’an
Hal ini diwujudkan dengan niat yang baik, kebersihan hati dari penyakit-penyakit hati; mengosongkan hati dari hal-hal yang menyibukkannya; kesucian jasmani dari najis; dan mengkhususkan pikiran bersama al-Qur’an.
2. Talaqqi dengan sebaik-baiknya
Hal ini dilakukan dengan hati yang khusyu’; ta’zhim [pengagungan], dan semangat untuk melaksanakan apa yang diperintahkannya.
3. Memperhatikan tujuan asasi diturunkannya al-Qur’an.
Yaitu sebagai petunjuk menuju ridha Allah; untuk membentuk kepribadian yang Islami; memandu umat manusia; dan membentuk masyarakat Islami.
4. Mengikuti cara interaksi para shahabat ra. dengan al-Qur’an.
Merekalah generasi terbaik. Mereka mencapai predikat ini karena interaksinya yang baik dengan al-Qur’an . cara mereka berinteraksi dengan al-Qur’an adalah:
- Pandangan yang menyeluruh
Maksudnya bahwa mereka tidak memahami ayat-ayat secara terpisah karena ayat satu dengan yang lainnya saling terkait. Pandangan yang parsial terhadap al-Qur’an akan memunculkan anggapan bahwa ada kontradiksi di antara ayat-ayatnya. Ini menyebabkan orang mengimani sebagian ayat dan mengkafiri sebagian lainnya. Padahal sikap yang demikian itu merupakan kekafiran yang sebenarnya. Rasulullah saw. bahkan melarang kita mempertentangkan satu ayat dengan ayat yang lain.
- Memasuki al-Qur’an tanpa membawa persepsi, pemahaman, dan keyakinan masa lalu.
Sikap demikian dilakukan agar apa yang dipahaminya dari al-Qur’an tidak dibatasi oleh pemahaman dan persepsi-persepsi lamanya.
- Kepercayaan mutlak kepada al-Qur’an
Apa yang dikatakan al-Qur’an sebagai haram, mereka mengatakannya sebagai haram. Dan apa yang dikatakan sebagai halal, mereka mengatakannya sebagai halal. Bahkan merekapun percaya sepenuhnya pada hal-hal yang kadang belum mereka ketahui atau bertentangan dengan logika berfikir mereka. Logikalah yang harus menyesuaikan dengan al-Qur’an, bukan sebaliknya.
- Merasakan bahwa ayatnya [yang dibaca/ didengar] ditujukan kepadanya.
Imam Ahmad mengatakan bahwa siapa yang ingin berdialog dengan Allah hendaklah ia membaca Al-Qur’an. Sayyid Qutub mengatakan bahwa hendaklah ia merasakan seakan-akan wahyu itu sedang turun kepadanya secara langsung.
5. Tiada penghalang
Hal yang menghalangi terjadinya pengaruh al-Qur’an secara efektif adalah kesibukan hati dengan urusan lain; ketidakpahamannya terhadap makna dan pesan-pesan yang terkandung di dalam ayat yang dibaca atau didengar; dan ketika ia berpaling kepada selain al-Qur’an.